Rabu, 31 Desember 2008

BAGAIMANA MELATIH DIRI AGAR TAK ALERGI MATEMATIKA
Tips Belajar untuk siswa
Oleh : Sukastowo Yudo P.[1])

Pelajaran matematika hampir selalu dianggap sebagai sumber petaka bagi sebagian besar siswa, sejak di tingkat SD, SMP sampai SMA. Aneh, tapi itulah faktanya ! Entah mengapa, walau matematika merupakan pelajaran dasar yang akan diterapkan dalam semua pelajaran yang lain, namun ternyata banyak menimbulkan kesulitan pada siswa. Meskipun pada Ujian Nasional SMP tahun 2004-2005 yang baru lalu, di Kabupaten Sidoarjo ada tigaratusan lebih siswa yang mendapatkan nilai bulat sepuluh, tapi tetap saja banyak siswa yang antipati terhadap matematika.
Untuk mengatasi hal yang demikian tentunya kita harus tahu lebih dulu penyebab terjadinya hal tersebut, atau paling tidak, harus ada hipotesis tentang sebab musababnya. Ada beberapa hal yang bisa kita kambing hitamkan sebagai biang keladi timbulnya kesulitan siswa dalam belajar matematika, antara lain :
1. Meskipun secara resmi di Indonesia sudah berlaku KBK, namun masih lebih banyak Bapak dan Ibu guru yang belum mengubah gaya mengajarnya, menyebabkan kebanyakan siswa masih menjadi obyek belajar bukan subyek belajar. Artinya guru hanya bertugas untuk mengajarkan materi pelajaran sampai habis agar semua materi pelajaran pokok tersampaikan, dengan demikian target daya serap siswa menjadi prioritas nomer duapuluhtujuh, kalau tidak boleh dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran itu tak digubris sama sekali.
2. Budaya malu dan ewuh pakewuh yang salah tempat dalam darah daging masyarakat Indonesia menyebabkan tabu bila seorang siswa mendebat atau membantah penjelasan gurunya, walau penjelasan itu tak benar seratus persen !
3. Siswanya yang tak mau tertib melatih diri dengan berbagai soal latihan. Ngerjakan Pe-er aja segan, apalagi nyoba soal-soal lain yang nggak diwajibkan, lebih-lebih kalau dianjurkan membaca teori matematika, “ Wow, ………ntar dulu la yaw, sibuk gitu looh !!”. Padahal punya buku lengkap ! Alhasil buku-buku itu hanya dibaca soalnya saja, cuman dipakai ngerjain soal kalau ada pe-er doang !
Untuk hipotesis ke satu dan ke dua, kita tak bisa berbuat apa-apa, karena itu sudah di luar wewenang para siswa, namun telah menjadi urusan orang-orang gede alias para pejabat dan ortu, termasuk beliau-beliau para pahlawan ( tanpa tanda jasa !). Yang ke tiga inilah yang saat ini harus kalian cermati agar kalian tak dibenci matematika, sehingga kesulitan yang kalian alami itu cukuplah sampai di tingkat yang kalian jalani saat ini saja, untuk tingkat yang lebih tinggi berikutnya sudah bisa klier. Kenapa harus begitu ? Yaah, kalian harus tahu bahwa matematika ini akan selalu kita temui teruuus sampai di bangku kuliah jurusan apapun. Bahkan kelak kalau kalian kuliah di jurusan sastrapun, kalian akan ketemu lagi dengan logika matematika dan statistik.
Kesulitan yang seringkali menyerang ketika siswa mengerjakan pe-er atau ulangan pada banyak kasus merupakan faktor penyebab utama para siswa alergi terhadap matematika, apalagi kalau sedang mencoba mengerjakan soal yang manapun selalu macet alias kebingungan, apa yang mau ditulis berikutnya !! Akibatnya sudah bisa diterka, kalau pas waktunya pelajaran matematika, mendingan diam seribu bahasa daripada tanya atau usul yang berbuntut disuruh maju untuk mengerjakan soal ke papan tulis. Kebiasaan yang seperti ini akan berakibat fatal, sebab kalau ada guru menjelaskan materi baik yang baru maupun yang mengulang, dan anak-anak yang tidak paham dia enggan bertanya maka ketidak-pahamannya menjadi bertumpuk semakin hari semakin membukit, jadilah konsep yang masuk ke benak dia bagaikan benang kusut yang sangat ruwet, … basah lagi, sehingga sulit diusut mana ujung mana pangkalnya.
Untuk mencoba mengatasi persoalan itu ada sedikit program belajar yang barangkali agak kuno, tapi tampaknya masih bisa digunakan tanpa banyak kendala kecuali rasa malas pada diri masing-masing siswa. Program ini mungkin hanya pantas untuk mereka yang merasa dirinya biasa-biasa saja atau bahkan kurang dalam hal matematika. Pertama yang harus kita ingat adalah nasehat guru matematika kita di kelas kalau sedang membahas pe-er atau soal-soal lain, selalu beliau mengatakan : “Coba yang pekerjaannya masih salah dibenarkan, supaya bisa dipakai untuk belajar lagi !” Kerapkali banyak siswa menanggapi pernyataan ini dengan pemahaman yang kurang benar, sehingga catatan pengerjaan soal-soal itu hanya dipakai untuk belajar lagi ketika mau ulangan dengan cara hanya membacanya lagi berulang-ulang.
Padahal belajar matematika tidak bisa hanya dengan membaca saja, namun harus disertaii dengan tindakan mengerjakan soal. Jadi sebaiknya soal-soal yang sudah pernah dikerjakan atau dibetulkan pekerjaannya di kelas, selain dibaca ulang harus dikerjakan ulang juga ! Yang paling ideal, setiap selesai pelajaran matematika pada pagi hari, siang atau malam harinya kita harus mengerjakan ulang soal-soal yang tadi sudah dibahas di kelas. Ketika itu ingatan kita masih segar, sehingga diharapkan tidak banyak mengalami kesulitan dan bisa menambah ketajaman berkas ingatan kita dalam otak tentang pelajaran tadi pagi. Usahakan ketika mengerjakan ulang ini, tidak membuka buku catatan. Kalau pada saat mengerjakan ulang ini kita menemui kesulitan, baru kita buka buku catatan yang tadi pagi untuk kita pelajari lagi bagaimana mengerjakan yang benar. Dengan demikian catatan yang kita buat setiap hari itu bermanfaat yakni bisa menggantikan posisi guru sebagai tempat kita bertanya. Pengalaman menunjukkan bahwa pada periode awal kita menerapkan cara ini, untuk mengulang soal-soal yang cukup sulit, dalam waktui 60 menit kita belajar, belum tentu mampu mengulang 3 soal dengan baik dan benar. Kalau perlu untuk soal yang dalam mengerjakannya pernah macet lebih dari dua kali, harus diulang lebih dari sekali supaya benar-benar paham.
Pada tahap awal hendaknya cukup dengan soal yang sudah dibahas di kelas, tak perlu mencoba soal-soal baru, kecuali yang ditugaskan untuk pe-er. Namun jika kita sudah terbiasa dengan cara latihan yang demikian, kecepatan mengerjakan ulang ini akan terus meningkat sampai pada suatu saat nanti kita bisa berharap tak perlu lagi mengerjakan ulang soal-soal yang pernah dibahas karena sudah langsung membekas di dalam benak, sehingga begitu selesai mengikuti pelajaran, kita bisa langsung mencoba soal-soal baru yang belum pernah kita kerjakan. Jika hal itu sudah terjadi dan hasil pekerjaannya benar, berarti kita sudah mulai belajar melangkah maju dalam belajar matematika, bukan berjalan di tempat atau bahkan mundur.
Dengan program ini sebenarnya kita membidik tiga hal penting yang harus dipunyai oleh setiap siswa yang sedang belajar matematika. Pertama adalah memahami konsep yang dipelajari dengan pemahaman yang sebenarnya dan tidak ragu-ragu yakni dengan mengulang-ulang penerapan konsep tadi dalam memecahkan problem yang diungkap soal, sehingga ketika guru membahas konsep lanjutannya, dalam diri kita sudah tidak ada ganjalan untuk konsep sebelumnya yang biasanya juga digunakan dalam penerapan konsep lanjutan tadi. Kedua, secara psikologis program ini bisa mengurangi tingkat keputus-asaan siswa dalam mempelajari matematika. Sebab jika setiap mengerjakan soal selalu macet tanpa ada solusi yang positif, lambat laun semangat kalian akan pupus bahkan padam. Akan tetapi kalau setiap macet dalam mengerjakan soal kamu bisa mencari solusi sendiri dengan jalan mempelajari ulang apa yang sudah pernah kamu lakukan di kelas, maka lambat laun hal ini akan mampu memunculkan semangat belajar dan kemandirian yang tangguh. Sedangkan yang ketiga program ini bisa melatih kalian para siswa untuk jujur terhadap dirinya sendiri. Munculnya kejujuran ini bisa dimulai dari ketika kalian harus memutuskan untuk mengerjakan ulang lagi suatu soal atau langsung beralih ke soal lain. Jika kamu merasa sudah paham tentu akan memutuskan beralih ke soal berikutnya, namun apabila merasa masih belum mengerti seratus persen tentu kamu akan memutuskan untuk mengulang kembali soal itu.
Jikalau ketiga hal yang menjadi bidikan program ini bisa terwujud maka berikutnya akan menimbulkan minat mu untuk bertanya bila tak memahami suatu persoalan yang sedang dibahas di kelas. Kalian akan berani melontarkan pertanyaan karena merasa punya modal yakni konsep yang sudah dipahami berulang-ulang sebelumnya. Bukankah untuk bertanya kita juga harus memahami apa yang hendak ditanyakan ?
Betapa indahnya dunia pendidikan kita ini kalau bisa terjadi interaksi dua arah antara guru dan murid. Dengan aktifnya siswa bertanya dan mengulang pemahaman konsep, maka suatu saat mungkin akan terjadi suatu dialog dalam kelas tentang suatu konsep matematika yang baru dikenalkan kepada siswa dengan membandingkannya kepada konsep yang sudah kita pahami sebelumnya. Kalau iklim belajar yang demikian sudah tercapai, guru dan siswa masing-masing akan memetik keuntungan sendiri-sendiri. Siswa akan lebih leluasa dalam mengembangkan kemampuannya dan guru akan tidak terlalu berat mengajar untuk menjadikan siswa memahami konsep yang diajarkan karena siswa sudah aktif belajar.
Segala sesuatu akan tampak kelebihan dan kekurangannya kalau sudah dijalani. Demikian juga dengan program ini, cobalah jalankan niscaya akan kita peroleh sesuatu yang berharga, paling tidak pengalaman menjalankan suatu program belajar. Kan kata orang guru yang paling baik adalah pengalaman. Okey, selamat mencoba !!

Sidoarjo, 10 Agustus 2005.
Sukastowo Yudo P.
Guru MIPA SMPN 1 Sedati
Rumah : Pondok Sedati Asri H-46
Tlp. 031-8910441 Sedati - Sidoarjo
1) Guru MIPA SMPN 1 Sedati Sidoarjo

Jumat, 26 Desember 2008

LANGKAH KEDUA

Setelah pindah ke SMPN Juanda dan menikah, aku diajak temen untuk ikut ngajar di sebuah LBB namanya LBB PHI-BETA GROUP. Kebetulan temenku ini koordinator di cabang Sidoarjo, jadilah aku tentor LBB PHI-BETA GROUP cabang Sidoarjo berlokasi di SDN Sidoklumpuk. Murid pertama yang kuingat adalah Lidya, putri dokter spesialis terkenal di Sidoarjo. Kemudian ada Evita, siswi SMPN Juanda nun jauh di Sedati.
Setahun setelah ngajar di Sidoarjo, diundang rapat tentor (sebutan guru di LBB) di Surabaya, tepatnya Jl. Juwingan 26 Sby. Diminta juga ngajar di LBB yang sama di Sby. Tambah lagi kegiatanku. Setahun gabung di Sby, aku diminta jadi koordinator tim khusus korektor pre/postes siswa program intensif UMPTN. Tahun berikutnya ditunjuk jadi ketua panitia try out akbar LBB PHI-BETA GROUP. Kelar acara try out, aku dipanggil khusus oleh ownernya diminta untuk jadi koordinator di cabang baru yang berlokasi di Pondok Candra Indah, sebuah komplek perumahan di perbatasan Sby-Sda. Setelah cabang Pondok Candra berkembang, sebutan koordinator berubah jadi Kepala Cabang. Cukup lama aku menjadi Kacab Pondok Candra, ada sekitar 11 tahun, dari 1993 s.d 2004. Mulai aku kontrak rumah di Kepuh Permai L-9 pindah ke Blok i-9 sampai pindah ke rumah sendiri di Pondok Sedati Asri H-46. Selama berkarya di LBB PBG, aku jarang sekali bahkan boleh dikata tidak pernah berkegiatan (selain mengajar) di SMPN Juanda s.d jadi SMPN 1 Sedati. Setiap hari pulang dari sekolah jam satu siang terus jam 2 sudah harus nongkrong di Pondok Candra sampai jam 9 - 10 malam baru nyampe rumah lagi. Begitu setiap hari, kecuali hari Sabtu karena LBB PBG tutup jam 6 sore, jadi pulang lebih awal. Hari Minggu pun LBB PBG tetap masuk. Hari besar baru libur.
Pengalaman bekerja belasan tahun dengan orang-orang swasta menyebabkan aku punya pandangan yang cukup berbeda dengan guru pegawai negeri yang lain. Ketika kami menyelenggarakan event apapun, pejabat di LBB PBG tak pernah ada yang mendapatkan insentif kecuali memang beliaunya terlibat jauh dalam penyelenggaraan/kepanitiaan. Setiap personil diberi penghargaan sesuai dengan prestasi tugas dan hasil kerjanya. Like and dislike agaknya dikelola berdasarkan kemampuan setiap personil. Walaupun owner sering mengambil keputusan berdasarkan intuisi, namun pertimbangan kualitas tetap dikedepankan.
Sementara itu istriku telah memberiku hadiah 2 putri cantik, Nurfi Laili dan Rosichati Rosyidah. Nurfi saat ini sedang belajar di Fak. Psikologi Unair, sedangkan Ossie (panggilan Rosichati) hampir menyelesaikan pelajaran di SMAN 16 Sby. Kira-kira setahun yang lalu istriku sukses menyelesaikan program doktornya di PPS - Unair juga dengan judul disertasi : "Suplementasi Tirosin Kinase Spermatozoa Sapi Frisian Holstein ( FH ) Terhadap Kualitas Semen Beku" dengan predikat Cum Laude.

Kamis, 25 Desember 2008

SMPN 1 Sedati, sekolahku

Sejak Juli 1988 aku pindah mengajar dari SMPN Kasiman Bojonegoro ke SMPN Juanda di Sidoarjo. Sebenarnya sih ke SMPN Sedati, tapi waktu itu ditolak sama kepala sekolahnya ( Bu Mamiek ), jadi aku harus ngurus lagi ke Kanwil Depdikbud untuk perbaikan SK mutasi. Setelah beres, jadilah aku guru di SMPN Juanda. Karena guru matematikanya sudah cukup, maka aku ditugasi mengajar Biologi. Saat itu yang kurasakan, betapa enaknya mengajar di kota, jam ngajarnya sedikit, aku cuma dapat 24 jam seminggu padahal ketika di Kasiman, jam mengajarku tidak pernah di bawah 30 jam seminggu, bayangin betapa nikmatnya. Ternyata yang kurasa nikmat itu di Juanda menjadi jam terbanyak! Hanya beberapa orang guru saja yang jamnya mencapai 24, yang lain cuma belasan jam!
Sebulan setelah mulai ngajar di SMPN Juanda aku menikah, tepatnya 8 Agustus 2008. Dua tahun kemudian nama SMPN Juanda diubah menjadi SMPN 1 Sedati, sedangkan SMPN Sedati berubah menjadi SMPN 2 Sedati.
Cukup lama aku mengajar Biologi, lebih dari tiga tahun. Sampai sekarang masih banyak mantan siswa yang menganggap aku guru biologi. Setelah itu aku mengajar dobel, ya biologi ya matematika. Inipun berjalan beberapa tahu. Sampai akhirnya datang beberapa guru biologi, sehingga aku terbebas dari kewajiban mengajar biologi dan kembali ke habitat normal, guru matematika, sampai sekarang!